BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 09 November 2009

Salah Asuhan




i




I.tokoh Utama

1) Hanafi

2) Corrie

3)Rapiah



II. Sinopsis Novel Salah Asuhan

Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama mereka pun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.

Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak laki-laki yaitu Syafei.

Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.

III. Analisis Unsur Intrinsik

1. Tema

Adapun tema yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah perbedaan adat istiadat.

2. Alur

Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna pengarang menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya.

3. Pusat Pengisahan/Sudut Pandang

Dalam novel Salah Asuhan, pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel.

4. Latar/setting

Latar atau tempat terjadinya yaitu :

1) Lapangan tennis.

“Tempat bermain tennis, yang dilindungi oleh pohon-pohon kelepa disekitarnya, masih sunyi” (hal.1, paragraf 1)

2) Minangkabau

“Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung saja, tapi sebabkasihan kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan tinggallah ia bersma-sama dengan Hanafi di Solok.” (halaman 23, paragraf 3)

“Maka tiadalah ia segan-segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah sewaan di Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya.” (halaman 23, paragraf 4)

3) Betawi

“Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di Betawi”(hal.23, paragraph 1)

“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie!” (halaman 103, Paragraf 2)

4) Semarang

“Pada keesokan harinya Hanafi sudah dating pula ke rumah tumpangan itu, dan bukan buatan sedih hatinya, demikian mendengar bahwa Corrie sudah berangkat. Seketika itu ia berkata hendak menurutkan ke Semarang.” (halaman 186, paragraf 8)

5) Surabaya

“Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu pension kecil,mengaku nama Tuan dan Nona Han.” (halaman 144, paragraf 1)

5. Tokoh

1) Hanafi, wataknya keras kepala, kasar

a) keras kapala

“Memang….kasihan! Ah ibuku…aku pengecut tapi hidupku kosong…habis cita-cita baik…enyah!.” Halaman 259, paragraf 8)

b) kasar

“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata Hanafi dengan suara bengis dari jauh.” (halaman 80, paragraf 2)

2) Corrie, wataknya baik, mudah bergaul

a) baik

“O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!” (halaman 164, paragraf 8)

b) mudah bergaul

“Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas,” kata Corrie sambil tertawa, “buat dua tuga orang perempuan saja masih berlapang-lapang.” (halaman 7, paragraf 2)

3) Rapiah, wataknya sabar, baik

a) sabar

“Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei, dalam dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti tangisnya dengan beriba-iba. Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak berdaya, sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib di muka-muka orang.” (halaman 83, paragraf 4)

b) baik

“Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku tidak adalah orang yang sebaik ayahku itu.” (halaman 238, paragraf 5)

4) Ibu Hanafi, wataknya sabar dan baik

a) sabar

“Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah bagimu dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya” (halaman 85, paragraf 4)

b) baik

“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka, Piah! Sebaik-baiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu.” (halaman 119, paragraf 4)

5) Tuan Du Busse, wataknya tegas

“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya” (halaman 10, paragraf 5)

6) Si Buyung, wataknya penurut

“Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba disuruh kejalan.Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke dapurl alu menceritakan apa yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula habis’ terpaksalah ia disuruh ke toko yang tidak berapa jauh letaknya dari rumah.” (halaman 80, paragraf 2)

7) Syafei, wataknya berani

“Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku.” (halaman 196, paragraf 8)

6. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalan novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk diartikan. Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya juga terdapat bahasa Belanda. Pada novel ini juga terdapat :

a) Peribahasa

“saat ini, air mukamu jerni, keningmu licin, bolehkah ibu menuturkan niatku itu, supaya tidak menjadi duri dalam daging” (halaman 25, paragraf 3)

b) Majas perbandingan (perumpamaan)

“Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia berkata sakit kepala, karna sebenarnyalah kepalanya bagai dipalu” (halaman 47, paragraf 2)

7. Amanat

Adapun amanat yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah :

1) Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat istiadat dari bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai memilih, yaitu pilihlah adat yang layak dan baik kita terima di negeri kita.

2) Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh pengantin tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.

8. Diksi

Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk dimengerti karena banyak terdapat bahasa Belanda.

IV. Analisis Unsur Ekstrinsik

1. Latar belakang penciptaan karya sastra

Berasal dari luar diri pengarang, karena pada novel ini pengarang hanya sebagai sudut pandang orang ketiga.

2. Sejarah dan latar belakang pengarang

Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad yang didirikan pada tahun 1916 oleh pemerintah penjajahan Belanda.

3. Kondisi masyarakat saat karya sastra diciptakan.

Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan sosial masyarakat pada masa itu yang menceritakan seseorang yang melupakan adat istiadatnya.

V. Relevansi dengan zaman sekarang.

Dalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak yang durhaka pada ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut disumpahi oleh ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang melupakan adat istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga bersikap demikian.